GANYONG
1. Varietas Ganyong
Ganyong (Canna edulis Kerr) merupakan tanaman
herba yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ganyong termasuk dalam:
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo :
Zingeberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Kerr.
Tanaman
ini tetap hijau sepanjang hidupnya. Warna batang, daun dan pelepahnya
tergantung pada varietasnya, begitu pula warna sisik umbinya. Di Indonesia
varietas ganyong yang banyak dibudidayakan ada dua yaitu ganyong merah dan
ganyong putih.
Ganyong
merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya yang berwarna merah
atau ungu, sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik
umbinya kecoklatan disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut
mempunyai beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut :
Ganyong Merah memiliki sifat:
- -
Batang lebih besar
-
- Agak tahan kena sinar dan tahan
kekeringan
-
- Sulit menghasilkan biji
-
- Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar
patinya rendah
-
- Umbi lazim dimakan segar (direbus)
Ganyong Putih memiliki sifat:
-
- Lebih kecil dan pendek
-
- Kurang tahan kena sinar tetapi tahan
kekeringan
-
- Selalu menghasilkan biji dan bisa
diperbanyak menjadi anakan tanaman
-
- Hasil umbi basah lebih kecil, tapi kadar
patinya tinggi
-
- Hanya lazim diambil patinya.
Tanaman
ganyong memiliki tinggi 0,9 - 1,8 meter. Sedang apabila diukur lurus, panjang
batangnya bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini diukur mulai dari
ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau sering disebut dengan umbi.
2. Umbi Ganyong
Tanaman ganyong berumbi besar dengan
diameter antara 5 8,75 cm dan panjangnya 10 - 15 cm, bahkan bisa mencapai 60
cm, bagian tengahnya tebal dan dikelilingi berkas – berkas sisik yang berwarna
ungu atau coklat dengan akar serabut tebal. Rhizoma atau umbinya bila sudah
dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya terlebih dahulu, atau untuk diambil
patinya. Saat panen umbi, sangat tergantung dari daerah tempat menanamnya. Di
dataran rendah sudah bisa dipanen pada umur 6 – 8 bulan, sedang di daerah yang
hujannya sepanjang tahun, waktu panennya lebih lama, yaitu pada umur 15 – 18
bulan. Dewasanya umbi biasanya ditandai dengan menguningnya batang dan daun
tanaman. Bentuk dan komposisi kadar umbinya beraneka ragam. Tepungnya mudah
dicerna, baik sekali untuk makanan bayi maupun orang sakit.
3. Kandungan Gizi Ganyong
Umbi ganyong dapat konsumsi untuk memenuhi kebutuhan
energi. Kandungan karbohidrat ganyong memang tinggi (22,6-23,8%). Dengan
demikian ganyong sangat tepat bila digunakan untuk keragaman makanan sebagai
pengganti beras.
4. Sifat fisik kimia pati Ganyong
Kegunaan utama
dari ganyong adalah untuk diambil patinya. Pati adalah karbohidrat yang paling
banyak terdapat dalam makanan. Dalam bentuk aslinya, secara alamiah merupakan
butiran-butiran kecil yang disebut granula. Bentuk dan ukuran granula merupakan
karakteristik setiap jenis pati, oleh karena itu dapat digunakan untuk
identifikasi. Pati secara umum tersusun oleh komponen utama, yaitu amilosa dan
amilopektin, serta komponen minor seperti lipid dan protein. Umumnya pati
mengandung sekitar 15-30% amilosa, 70-85% amilopektin, dan 5-10% komponen
minor. Struktur dan jenis komponen minor untuk setiap sumber pati berbeda
tergantung sifat-sifat botani sumber pati tersebut.
Kadar pati
merupakan salah satu kriteria penting dalam bahan pangan maupun non-pangan.
Pati secara khusus merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk
dunia dan khususnya negara sedang berkembang.
Sifat fisik pati ganyong antara lain adalah :
-
Ukuran granula 22,5 µm
-
Suhu gelatinisasi awal 72OC
-
Waktu gelatinisasi 28 menit
-
Viskositas puncak 900 BU
-
Viskositas dingin pada suhu 50oC adalah 760o
BU
-
Viskositas balik adalah 140 Buri
Amilosa
dan amilopektin adalah komponen utama penyusun pati. Secara umum pati ganyong
termasuk pati yang memiliki kandungan amilosa sebesar 25-30% (Marchylo et
al., 2004). Kandungan amilosa diukur berdasarkan kemampuan amilosa untuk
luruh dalam air panas dan kemampuan dalam mengikat iod. Kandungan amilosa
berpengaruh sangat kuat terhadap karakteristik produk. Semakin tinggi kandungan
amilosa maka akan semakin mudah produk mengalami retrogradasi. Pati dengan
kandungan amilosa yang tinggi sangat cocok untuk pembuatan starch noodle (Hermann,
1996).
Pati
ganyong cocok untuk diolah menjadi sohun. Viskogram pati ganyong menunjukkan
tingginya viskositas, tidak ada kerusakan, stabil pada suhu 95°C, dan setback
tinggi. Menurut Chansri et al. (2005), pati ganyong tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pati tipe B (Moderate swelling) atau C (Restricted
swelling), tetapi pola pati tersebut berada di antara tipe B dan C. Pati
ganyong memiliki viskositas yang lebih tinggi dari pati kacang hijau. Pasta
pati menunjukkan sifat transparan dan elastis sama halnya dengan pati kacang
hijau. Hasil ini menunjukkan kecocokan yang tepat bagi karakteristik pembuatan
sohun (Thitipraphunkul et al., 2003). Sohun dari pati ganyong mempunyai
kualitas yang sangat istimewa karena dengan ketebalan 1 mm mempunyai kekuatan
tarik (tensile strength) dan kejernihan (transparency) yang
tinggi, serta kehilangan selama pemasakan yang rendah kurang dari 10% (Hermann,
1996).
Untuk
Kadar protein pati ganyong tergolong rendah, hal ini menandakan bahwa komponen
protein di dalam umbi-umbian adalah sebagai komponen minor serta dapat
disebabkan oleh protein yang larut dalam air pencucian misalnya albumin, adanya
interaksi antara larutan alkali sebagai pelarut protein seperti glutelin, serta
sebagian protein terbuang bersama ampas. Pati dengan kandungan protein yang
tinggi kurang diharapkan karena keberadaan protein dalam pati akan menyebabkan
viskositas pati menurun. Menurut Leach (1965) di dalam Goldsworth (1999),
protein dan pati akan membentuk kompleks dengan permukaan granula dan
menyebabkan viskositas pati menurun. Viskositas yang lebih rendah akan
menghasilkan kekuatan gel yang rendah pula. Serta keberadaan protein akan
menyebabkan reaksi pencokelatan non-enzimatis antara gugus protein dengan gugus
gula pereduksi, reaksi tersebut dapat menurunkan derajat putih dari pati
ganyong yang dihasilkan.
Derajat
putih menunjukkan warna dari pati dan merupakan salah satu parameter yang
penting dalam menentukan mutu bahan pangan. Warna dapat ditentukan dengan cara
mengukur rasio sinar yang dipantulkan oleh permukaan pati dengan sinar yang
dipantulkan oleh permukaan bahan berwarna putih sebagai standar (MgO atau
BaSO4). Setiap tanaman penghasil pati memiliki derajat putih yang berbeda-beda.
Perbedaan ini terutama dipengaruhi oleh faktor genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Chansri,
R., Puttanlek, C., Rungsadthong, V., dan Uttapap, D. 2005. Characteristics of Clear Noodles Prepared from Edible Canna Starches.
Jurnal of Food Science. 70: 337-342.
Hermann,
M. 1996. Starch Noodles from Edible
Canna. P. 507-508. Di dalam J.Janick (ed). Progress in New Crops. ASHS
Press. Arlington, VA.
Leach,
H.W. 1965. Gelatinization of Starch.
Di dalam Goldsworth, R. (ed). Abundant of Plant Varieties. World Wide Inc., New
York.
Lingga,
P., B. Sarwono, F.Rahardi, C.Raharja, J.J. Anfiastini, Rini W., dan W.H.
Apriadji.1986. Bertanam umbi-umbian.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Marchylo, B.A., J.E. Dexter, dan L.J.
Malcolmson. 2004. Improving the Texture
of Pasta. Di dalam David K. (ed). Texture in Food. Vol 2. Solid Food.
Woodhead Publishing Ltd. Cambridge, England.
Thitipraphunkul K., Uttapap D.,
Piyachomkwan K., Takeda Y. 2003. A
Comparative Study of Edible Canna (Canna edulis) Starch from Different
Cultivars. Part I : Chemical Composition and Physicochemical Properties.
Carbohydrate Polimers. 53: 317-324.